Inspirasi Dari Tokoh Islam: Kisah Imam Al-Ghazali Belajar Membersihkan Hati

       Pesanan Imam al-Ghazali : "Carilah hatimu di tiga tempat. Temui hatimu sewaktu bangun membaca al-Quran. Tetapi jika tidak kau temui, carilah hatimu ketika mengerjakan solat. Jika tidak kau temui juga, carilah hatimu ketika duduk tafakur mengingati mati. Jika kau tidak temui juga, maka berdoalah kepada Allah, pinta hati yang baru kerana hakikatnya pada ketika itu kau tidak mempunyai hati!"

                                                                                     (Dipetik dari buku Dimana Dia Dihatiku)

      Imam Al-Ghazali merupakan seorang ulama yang terkenal, karena telah membuat karya-karya yang sampai saat ini terus di kaji.

      Namun dibalik itu, ada sebuah kisah dimana Imam Al-Ghazali berguru kepada orang lain, padahal Al-Ghazali sendiri sudah menjadi Ulama besar yang terkenal, bahkan diberi gelar Hujjatul Islam karena Al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak dalam memberikan argumentasi.

     Dikisahkan, suatu hari saat Imam Al-Ghazali menjadi imam Sholat disebuah masjid, dan Adiknya, Ahmad menjadi Makmum. Akan tetapi Ahmad memutuskan membatalkan menjadi Makmum dan meneruskan Sholatnya secara Munfarid (sendiri).

     Mengetahui hal tersebut Imam Ghazali merasa marah, karena adiknya menganggap Sholat yang dipimpinnya tidak sah. Lalu Imam Al-Ghazali bertanya kepada adiknya Ahmad dengan nada tinggi, "Mengapa kamu membatalkan makmum kepadaku?, seolah-olah kamu menggangap Sholat yang Aku imami tidak sah?", Ahmad menjawab, "Aku melihat Gamismu berlumuran darah". Mendengar jawaban dari adiknya tersebut, Imam Al-Ghazali marah tidak mengerti, padahal saat itu Gamisnya bersih tidak ada noda sedikitpun. Kemudian Al-Ghazali menenangkan pikirannya dan merenung, ia teringat pada saat ia menjadi Imam, ia sedang memikirkan karangan kitabnya mengenai darah yaitu bab haid.

      Sadar mengatahui kesalahannya, Al-Ghazali bertanya kepada Ahmaad, "Mengapa Engkau bisa mengatahui apa yang Aku pikirkan wahai Ahmad?", Ahmad menjawab, "Aku berguru kepada Ulama yang tidak terkenal dipinggir kota, wahai kakanda". Kemudian Al-Ghazali berkata, "Antarkan Aku kepadanya, wahai Ahmad".

       Berangkatlah Imam Al-Ghazali ketempat Guru adiknya tersebut untuk berguru kepadanya. Bertemulah Imam Al-Ghazali dengan Syekh Al-Utaqy, Imam Al-Ghazali langsung berkata, "Izinkan Aku untuk menjadi muridmu", Syekh itu berkata, "Mungkin kamu tidak akan sanggup mengikuti perintahku". Al-Ghazali berkata, "Insya Allah saya kuat", kemudian Syekh itu memerintahkan kepada Imam Al-Ghazali untuk membersihkan kotoran yang ada dilantai dengan tangannya. Ketika itu Imam Al-Ghazali merasa aneh sebab pelajaran pertama Al-Ghazali, harus membersihkan kotaran dengan tangannya sendiri, walaupun demikian, Al-Ghazali tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh Syekh tersebut. 

      Saat akan mengambil kotoran tersebut, Syekh itu mencegahnya lalu menyuruh Imam Al-Ghazali agar pulang.

     Setibanya di rumah, Imam Al-Ghazali merasa hairan terhadap pelajaran pertama yang diajarkan oleh Syekh tersebut. Namun, kemudian Imam Al-Ghazali berpikir tentang pelajaran pertamanya itu. Ternyata pelajaran pertama yang diberikan oleh Syekh tersebut merupakan pelajaran yang luar biasa. 

     Imam Al-Ghazali memandang bahwa dibalik pelajaran pertama itu, harus membersihkan hati terlebih dahulu, disamping membersihkan diri. 

     Mulai saat itu, Imam Al-Ghazali terus berguru kepada Syekh tersebut untuk belajar mengenai Ilmu Tasawuf, sebab dengan Ilmu Tasawuf lah hati mampu dibersihkan dan tujuan akhirnya memperolehi Makrifat yaitu mengenal Allah SWT.

dipetik dari: http://www.idrisiyyah.or.id/read/article/1438/kisah-imam-al-ghazali-belajar-membersihkan-hati  
                                                                              dan

http://www.utm.my/social-media/blog/pesanan-imam-al-ghazali-carilah-hatimu-di-tiga-tempat-temui-hatimu-sewaktu-b/

Tag: SMAM 2018